Salah Mandasor, Sega Luhutan: Sebuah Pepatah Batak Dalam Mendidik Anak

Salah Mandasor, Sega Luhutan: Sebuah Pepatah Batak Dalam Mendidik Anak

“Salah mandasor, sega luhutan.”

jeweliteracy.com – Pepatah bahasa Batak di atas bermakna salah membuat dasar, maka rusaklah bangunan di atasnya. Pertama kali mendengar pepatah ini pada waktu SD saat pelajaran Bahasa Daerah (Bahasa Batak). Luhutan adalah sebutan untuk tumpukan padi dalam jumlah besar yang disusun sedemikian rupa (dibentuk memanjang atau kadang melingkar hingga ke atas) sebelum melalui proses perontokan atau pembantingan. Susunan tersebut harus dipastikan rapi sejak tumpukan paling dasar, karena kalau tidak maka bisa dipastikan rusaklah luhutan alias tumpukan padi keseluruhan.

Istilah “salah mandasor sega luhutan” ini pun kerap dijadikan filosofi orang tua dalam pola pengasuhan anak/parenting. Salah mendidik anak dari kecil, maka siap-siap memetik penyesalan di hari esok. Dalam psikologi ada namanya nature dan nurture yang merujuk pada faktor genetik dan lingkungan yang memengaruhi perilaku manusia. Nature merupakan faktor yang berasal dari warisan biologis atau dimiliki sejak lahir, sedangkan nurture adalah faktor yang diciptakan berdasarkan pengalaman lingkungannya sehingga berpengaruh pada perilaku individu. Meskipun ada faktor lingkungan yang nantinya akan berkontribusi banyak dalam pembentukan karakter si anak, tapi peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan sedari kecil juga tak kalah besarnya. Rumah adalah sekolah pertama bagi anak, dimana orang tualah sebagai guru yang mengajar dan menanamkan tentang nilai-nilai kebaikan.

Mungkin kita semua tak asing dengan lagu “Bangun Tidur Ku Terus Mandi”, nah hal kecil bisa kita mulai dengan mengambil pesan positif dari lagu anak legendaris itu. Memupuk kebiasaan bangun pagi, merapikan tempat tidur, mandi dan menggosok gigi. Setidaknya ini bisa membentuk karakter anak supaya kelak hidupnya ‘ga semau gue‘. Bukan menjadi anak yang bangun sesuka hati jam berapa yang tidak memiliki inisiatif untuk sekadar merapikan kasur setiap kali beranjak dari tempat tidur. Pun juga membiasakan diri untuk membersihkan diri setiap hari adalah pelajaran sepele yang harus dibiasakan sejak dini mungkin. Dan yang terpenting dari hal kecil tersebut, anak bisa belajar tentang disiplin dan tanggung jawab, supaya kelak dia beranjak dewasa, dia pun bisa mengemban tanggung jawab yang lebih besar juga. Bayangkan, lewat implementasi dari lagu sederhana tadi bisa mengenalkan tentang nilai-nilai yang baik seperti disiplin, inisiatif, tanggungjawab, kerja sama, dan kebersihan diri. Luar biasa, bukan?

Tidak ada anak-anak yang serta merta tumbuh menjadi pribadi yang disiplin, semua adalah proses panjang yang dimulai bahkan sejak usia dini. Itulah mengapa banyak ilmu-ilmu parenting yang mengajarkan dan menekankan supaya para orangtua tidak hanya memberikan arahan ini itu, tidak hanya mengajari anak supaya begini begitu, namun sebagai orang tua juga harus bisa menjadi teladan yang akan dicontoh oleh anak. Orangtua haruslah menjadi role model bagi anak-anaknya, sehingga di samping mendapatkan pengajaran dan didikan dari orangtua, anak-anak pun bisa melihat secara langsung juga bagaimana orangtua mempraktekkannya.

Seperti sebuah kutipan yang berbunyi “biarlah aku mendidik anakku dengan caraku, keras kepada mereka bukan berarti aku tak sayang. Lebih baik aku membuat mereka menangis di saat kecil, daripada mereka membuatku menangis ketika mereka sudah besar nanti.”

(jwriting) 

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *